Dudi
Muchammad Bahrun Imaduddin
Putra Pertama dari
Bapak M. Haris Suhariyanto
& Ibu Nurul Hidayah
2020
Kami bertemu pertama kali 2017 sebagai teman sekelas di perkuliahan D4. Tahun 2020 kami menjadi partner saat berdinas di Rumah Sakit. Aku jatuh cinta padanya di tengah situasi yang tidak terduga. Saat itu, dunia sedang dilanda pandemi. Revi—wanita kuat yang kutahu—harus berjuang melawan COVID-19 sendirian. Aku tak menyangka, justru di saat itulah hatiku tersentuh. Bukan karena kelemahannya, tapi karena kegigihannya. Aku jatuh cinta pada cara dia bertahan, pada senyumnya yang tetap hangat meski tubuhnya lelah. Sejak hari itu, aku tahu, aku ingin ada di sisinya, bukan hanya di saat senang, tapi juga dalam setiap perjuangannya.
2021
Tahun berikutnya, kami semakin dekat. Dunia perkuliahan D4 akhir kami penuh dengan tekanan, tapi kami memilih untuk berjalan beriringan. Skripsi yang melelahkan, revisi tanpa henti, hingga detik-detik sidang akhir, kami saling menguatkan. Aku ingat bagaimana Revi begadang membantuku merapikan data penelitian dan aku pun tak pernah lelah mendengarkan keluhannya saat dia hampir menyerah. Kami adalah partner yang saling mengisi kekosongan satu sama lain.
2022
Cinta kami tak pernah surut, bahkan semakin dalam. Setelah selesai perkulian D4, kami melanjutkan untuk Profesi, tetap bersama meski tantangan semakin berat. Diskusi kami tak lagi sekadar tentang tugas kuliah, tapi juga tentang masa depan.Tahun ini, kami mulai serius merencanakan masa depan bersama.
2023
Kami mulai memasuki dunia kerja. Jalan tak selalu mulus, aku sempat gagal di beberapa interview dan Revi yang masih menunggu kesempatan selama 3 bulan akhirnya bisa bersaing untuk bekerja di RSCM, rumah sakit impiannya. Tapi kami tak pernah berhenti menyemangati satu sama lain. Hingga akhirnya, Revi berhasil diterima di RSCM dan aku bekerja di RS Swasta. Setiap langkah kami adalah bukti bahwa kami bisa melewati apa pun, asal tetap bersama.
2024
Jarak memisahkan kami. Lampung-Jakarta; bagi sebagian orang hanya jarak yang tak seberapa. Tapi, karena kami terbiasa bersama, walau sebentar terasa sulit dilalui. Akhirnya, aku memutuskan untuk menyusulnya. "Kita berjuang di Jakarta bersama", kalimat yang terucap saat itu. Revi menangis bahagia. Tahun ini juga, kami sepakat untuk mempersiapkan pernikahan. Setiap bincang via telpon atau saat kami bertemu diisi dengan obrolan tentang hari bahagia itu.
2025
Tahun yang kami nantikan tiba. Setiap rintangan, air mata, dan tawa mengantarkan kami pada titik ini. Kami adalah dua orang yang memilih untuk saling memperjuangkan. Kini, kami siap memenuhi janji bersama untuk selamanya.
Tanpa mengurangi rasa hormat, bagi Bapak/Ibu/Saudara/i yang ingin memberikan tanda kasih untuk kami, dapat melalui:
Ucapan Selamat & Do'a